Lagi pula pikiran umum sudah condong pada keesaan. Lain dari pada gerakan buta huruf, djuga dalam lapangan lain tidak kalah pesatnja seperti mengadakan Kursus Pengetahuan Umum jang diselenggarakan oleh Pemerintah, menjediakan Taman Batjaan Umum, mengorganiseer keolahragaan dan lain-lain. The Period of the Six System (Zaman 6 Tata) dari th 200 sesudah Nabi Isa. Epic Period (Zaman Dongeng) dari lk 600 sebelum sampai 200 sesudah Nabi Isa. Tiga Serangkai lain dari Tiga Serangkai Surya, Agni dan Indra tadi. Ahli syair, pemuja Dewa dan penjawab persoalan yang terbit dikepalanya tak puas dengan Dewa Tiga Serangkai sebagai pucuk 33 para Dewa tadi, sejarah berjalan dari selangkah demi selangkah dan persoalan timbul satu demi satu. Sebab itu maka dari filsafat Kitab Veda inilah pula saya melangkah. Di luar seseudah lampu Tiongkok itu dipasang, sejarah Hindustan kembali kekeadaan gelap-gulita. Berhubung dengan berjumpanya jalan dialektika pada sejarah filsafaat Hindustan Asli tadi, bukan sesudah Islam dan Barat masuk, maka pembagian tiga masa itu akan saya pakai.
Kalau Kasta Brahmana terkuat bisa menang sempurna, dengan menghancur luluhkan Kasta Rendah dan/atau bangsa bukan Arya, maka Kasta Brahmana itu tak perlu menarik Dewa atau Hantu manapun yang bukan Arya. Tetapi ktia tak dapat mengetahui, karena ktia tak semua diberi tahu oleh kaum Brahmana itu. Yang dimaksudkan dengan Brhamanism, ialah tata (system) agama, berasal dari dan diselenggarakan oleh kaum Brahmana itu. Sejarah dibelakang masa Veda ini, ialah sejarah tumbuh dan tumbangnya paham yang dikenal diluar Hindustan bernama Hinduisme Asli, yakni Brahmanisme yang mengambil segala kekuatan rohaninya dari Kitab Veda ini. Kasta Brahmana ini memonopoli, memiliki pendiriannya mengetahui isi kitab sucinya itu, menterjemahkan dan mengajarkan seluruhnya pada pemuda kastanya. Satu kelas yaitu kasta terkhusus, yang dalam buku cerita disekolah kita kenal sebagai Kasta Brahmana, mengetahui dan bisa menterjemahkan isi kitab suci Hindustan itu. Penulis Hindu Muda, yang dapat didikan Barat, seperti Sarkarpun, tak sepatahpun memberi keterangan yang sedikit berbau sejarah tentang Zaman Veda itu. Dengan kecepatan kilat kita mesti obori sejarahnya Brahmanisme dalam Zaman Veda yang lebih kurang 1000 tahun itu. Beginilah pada puncak sejarahnya Zaman Veda itu, Kasta Brahmana itulah yang sumber dari semua pengetahuan tentang bumi dan langit, hewan dan manusia, para Dewa dan Maha Dewa.
Dari manadatangnya angin dan kemanakah perginya? Saya bilang orang mesti berhati-hati dan janganlah diambil dari satu tempat saja, baik dalam Kitab Veda, atau dalam Negara Hindustan saja. Mana yang lebih dahulu didapati dalam sejarah Kitab Veda. Brahma, dalam bahasa Sanskrit, artinya Neuter, bukan lelaki dan bukan perempuan. Veda artinya pengetahuan, Ilmu, artinya yang lain ialah Firmannya yang Mahakuasa. R t a, kata filsafat Hindu itu, yang artinya ketetapan jalan itu. Akhirnya pada tingkat yang lebih lanjut pendeta Hindu memuncakkan kekuasaan 11 Dewa pada tiap-tiap bagian itu pada satu Dewa. Pendeta dalam buku Rig-Veda, juga dinamai Brahma. Beliau diangkat – juga dalam syair oleh tukang syair – menjadi ketua. Dalam Kitab Veda kita juga berjumpakan syair yang memuja dan memuji Dewa Tiga Serangkai ini. Tiga serangkai tadi akhirnya dibulatkan, ditunggalkan pada SATU ayng berkuasa atas, atau menilik kerja teman sejawatnya. Tiga Serangkai yang lebih diketahui itu ialah Brahma, Wisnu, dan Shiwa. Diantara yang 33 Dewa itu mestinya ada saut yang terkuasa.
Lagi pula ahli Barat mengakui, bahwa Kitab Veda itu ada yang hilang bagiannya. Lagi pula orang sudah sadar, bahwa walaupun ada 33 Dewa, seorang atau selusin dua luisn Dewapun tak bisa menganggu ketetapan, menurut hukum, orde, jalannya Alam ini. Walaupun akibatnya pelajaran nabi Isa bertentangan dengan Maha Raja Romawi, tetapi Nabi Isa tentu juga mengerti bahwa salahlah sikap yang menimbulkan musuh pada dua barisan (fighting on two fronts). Karea Tuhan itu tidak berbantahan dengan dirinya sebagai Nabi Raja yang Tunggal pula menguasai perkara Dunia dan Akhirat. Jadi kita dapat 3 puncuk Dewa, ialah: Pertama: Dewa Surya bersemayam dilangit, menguasai daerahnya, kedua Dewa Agni, bersemayam di Bumi, menyelenggarakan perkara api, yang juga bekerja memperhubungkanpara Dewa dan manusia, dan ketiga Dewa Indra, yang bersemayam di Udara, yang mengatur perkara angin. Inilah yang jadi thesis, pokok-pertama, sebagai puncak pada satu barisan. Disinilah lahir montheisme, kepercayaan pada “ketunggalannya”, keesaan. Bayinya Brahmanisme itu seperti semua kepercayaan manapun juga, ialah berupa animisme dll yang masih ktia dapati di Indonesia ini. Baru pada Masa Asoka sedikit terbuka layar, dan akhirnya lampu musafir Tiongkoklah yang bisa memberi penerangan selama lampu itu dipasang.