Paham beralasan Madilog terhadap “Akan dan Hidup”sudah lebih dari cukup dikemukakan dalam buku ini. Cukuplah kalau dikemukakan namanya Yuda ha Levi pada lk tahun 1083 dan Moses bin Maimon pada tahun 1135 – 1204. pada tingkat sejarah dunia sekarang yang boleh dikatakan sejarah Kebudayaan Nasrani tentulah tiada sedikit pula dengan langung atau memutar, ke Nasranian mempengaruhi ke-Islaman. Saya pikir kaum Nasrani terutama di Indonesia lebih baik memperhatikan pokok pertikaian ini dari pada mendengarkan Pendeta mengemukakan apakah betul Muhammad bin Abdullah itu Rasulnya Allah. Sudah tentulah kaum proletar akan lebih mempunyai kekuatan dan pengalaman terutama di Russia dan Tiongkok, dimasa Proletar terus beralngsung mencampuri peperangan. Kegaiban itu sudah terbatas sekali terutama berhubungan dengan dunia baka, bukan dunia fana ini. Moral, susila, pengertian buruk baik, yang kita peroleh dari cerita Nabi Ibrahim, Musa, Daud, Sulaiman dll adalah tinggi sekali. Pada masa Nabi Isa pun sudah ada agnet provocature (tengkulak penjerat). Kalau belum, sudah adakah hewan?
Siapakah yang menjatuhkan hujan yang memberi hidupnya tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia itu? Semuaya itu ialah perkara yang diluar peralaman dan pengetahuan masyarakat. Atas Kelas proletar mesin yang sehat segar, dengan petunjuk dan nasihat dair bumi diluar Hindustan, Materialisme dialektis bisa hidup dan tumbuh dengan kuta dan kokoh, sampai bisa berdiri sendiri, menghanyutkan lodongkan serta menghancur luluhkan penjajahan, kekastaan, ketahyulan. Kepercayaan semacam itu tentuah masuk golonganyang diluar daerahnya Madilog. Tetapi rasionil Kristen ialah Nasrani yang berpedoman akan, walaupun sedikit anggotanya kalau dibandingkan dengan orthodox Kristen, tiada lagi bersandarkan pada kepercayaan semacam itu, mereka menganggap Nabi Isa seperti manusia juga dan Tuhan itu ialah Tuhannya Yahudi juga. Sejarah bangsa Yahudi dalam lk 3000 tahun itu, sejarah tempat diam, pencarian hidup, pesawat dll, yang teratur dari tahun ketahun, tentulah tak bisa diperoleh dari Kitab Injil, yang tak memperdulikan tarich dan tanggal itu. Tempat mereka pada masyarakat dan kebudayaan baru mesti ditentukan kembli, tetapi sudah tentu mereka mesti menyesuaikan diri dengan masyarakat baru itu.
Tetapi Arab bukannya Hindu. Tetapi ke-Esaan Tuhan itu lebih nyata dan lebih kita kenal pada Zaman Nabi Musa melarikan diri dari Egypte dibawah Fir’aun kesemenanjung Sinai Lautan Merah. Mereka pada satu ketika memutuskan hendak melarikan diri ke Negara baru yang dijanjikan Tuhan (Palestina). 1 itu, Tuhan itu tak perlu dan tak mungkin mengawini manusia. Disana politik dan agama, Pemerintah dan Gereja itu, tak sampai berpisah. Satu anggota mengemukakan bahwa pemogokan buruh kereta api pada tahun 1922 lebih besar artinya buat kesadaran rakyat dalam politik dari 1001 pidato kaum intelek yang disertai tempik sorak tak karuanitu! Persatuan dalam pertarungan kelas yang terbentuk dalam perkumpulan Vak, Politik dan Koperasi inilah yang betul-betul persatuan yangbisa menghancur luluhkan dan menghilang lenyapkan kekastaan dan ketachyulan Hindustan. Benda itu disekolah kita pisahkan betul-betul dengan tempo (t). Makin baru sejarah, makin tipis kegaiban itu. Kegaiban itu tiada pula begtiu bulat mentah seperti kegaiban yang berhubungan dengan Arjuna, Sri Rama, Nabi Isa atau Nabi Musa. Dalam peperangan Muhamad SAW kita tak berjumpakan dengan 1/13 (sepertigabelas), dari kegaiban sihirnya Arjuna ataupun Sri Rama, yang dalam sekejap mata saja bisa menerbitkan prajurit, laskar ataupun senjata yang tak berbatas besar dan kodratnya.
Itu tak bisa dimengerti kalau Cuma membaca agamanya Nabi Isa saja, apalagi “amanat gunung” (sermon of the mountain) itu saja. Muhammad SAW, dengan ikhlas dan terus-terang dari mulanya mengaku Tuhannya Yahudi, Yahuanya Nabi Ibrahim, sebagai Allah Yang Maha Kuasa dan mengakui Nabi Musa, Daud, Sulaiman dll dengan tulisan dan maknanya. Walaupun demikianlah tiadalah Madilog memandang agamanya Nabi, Musa, Daud, dan Sulaiman lebih kurang harganya dari Agama Nasran iatau Islam. Tidak saja filsafat Yunani mempengaruhi agama Yahudi, tetapi lebih-leih pada tempo belakangan ini kebudayaan Nasrani umumnya dan filsafat rasionalisme lahir atau batin, percaya atau tidak pada Tuhannya kaum Kristen, tentulah banyak mempengaruhi agama Yahudi itu. Tetapi tiadalah sistemnya, kebudayaannya Guru Kung itu bisa ditaruh pada golongan “kepercayaan” bulat mentah! Tetapi menurut pendapatan pihak yang mau menaikkan derajat bangsa, menghilangkan inferiority complex baiklah keduanya Jose Rizal dan Andreas Bonifacio ditaruh sebagian dalam daerah nasinal. Cerita dalam Kitab Injil ialah sejarah Yahudi, tetapi sejarahnya Yahudi lebih banyak dari yang tertulis dalam Kitab Injil itu.